IKRAR SAHABAT II


Seperti biasa yang bisa kami lakukan adalah duduk bernyanyi bercanda, aku barmain dengan handphone ku sementara yang lain lagi asyik bercanda dengan sahabat lain.
        "udah sore nih, aku pulang dulu lah yaa..."  ucap Giring yang khawatir di cari mama nya, maklumlah masih di manja.
        "iya bang, hati hati yaa, jangan di tabrak tuh kodok kasian" cetus ku sambil bercanda.
       " nanti malam ngumpul di billyard yaa, aku tunggu disana loe"  sahut Majenk keras sambil mengangkat tusuk satenya.
Giring hanya menjawab dengan meng-OK kan lewat tiga jari yang diangkat sebangai simbol "yes"

Inilah kami dan persahabatan kami, selalu bersama melawati hari-hari bersama, mengukur panjangnya jalan kehidupan dengan tangan bergandengan, mengejar pelangi dengan pandangan satu arah tujuan,. Inilah kami, tidak terlahir dari keluarga terpandang, kami hanya manusia biaswa yang mempunyai jiwa besar, penolong dan memahami situasi sekitar dan saling menyanyangi satu dengan yang lain.

Hayalanku begitu tinggi, hanya ingin menjadi seorang jurnalis agar semua dan cerita hidupku bisa ku jadikan motivasi untuk semuanya. Karena kehidupan tidak segampang membalikkan telapak tangan, sangat perlu perjuangan untuk ini semua.

Hari semakin sore, matahari mulai tenggelam, teman teman semua mulai menyusun perkakas bengkel karena sebentar lagi bengkel mau di tutup. Dan kembali beristirahat di rumah tercinta. Kami tinggal disatu rumah yang kecil dan hanya ada dua kamar di dalamnya, dan rumah kecil ini kami kontrak selama kami masih merantau di kota Medan ini.

"aku mandi dulu yaa..."  cetus ku membawa handuk dan menuju bke kamar mandi, yang lainnya hanya manggut-manggut seperti kuda.
Gak lama aku di kamar mandi tiba-tiba
"cepet ki, aku udah gak tahan lagi...."  tiriak Majenk sambil mengetuk pintu kamar mandi.
"makan sate sih... makanya jadi monyet itu jangan rakus kali"  ejek Nuel 
"iya ini juga udah siap kok "   cetus ku sambil membuka pintu kamar mandi. Dan Majenk langsung masuk dan membanting pintu kamar mandi.
"ha...ha...ha...ha...ha...." tetawa terbahak-bahak....
"udah pada mandi sana, tinju aja yang di tonton"  ucap ku sambil melemparkan tiga lembar handuk dan masuk ke kamar untuk berganti baju.
"entar khi masih nanggung tinjunya"  sahut Eben
"masih bauk taik di kamar mandi, bauk taik"   ejek Ayub lagi
"ha...ha...ha..ha..haa..." lagi lagi tertawa menggelegar 
"ckreeeekk..."  suara pintu kamar mandi terbuka
"mandi lah kalian, udah siap aku..."  cetus sih Majenk yang merasa sudah legah.
"nanti, masih asik ini. lihat jagoan mu udah kalah"  sahut Shandy..
"ahk...., bodoh ahk"  ucap Majenk yang sudah gak peduli dengan tinju.
"ckreekkkk"  suara pintu kamar terbuka
"be aku nanti mau pergi sebentar yaa.."  ucapku sambil bercermin di depan pintu kamar.
"mau kemana dek  ???"  tanya Shandy seperti penasaran.
"ada urusan bang, sebentar aja kok"  jawab ku polos
"urusan apa sih ??? kok gak pernah cerita sama ku "  ucap Ayub yang ikut penasaran juga
"kau boleh pergi, tapi nanti kalo ada apa-apa cepat telpon kemari"  cetus Eben yang memberi ku izin keluar tanpa mereka.
"ki, ingat kalo ada apa-apa cepat kabari kami yaa..."  cetus Ayub.
"iya bang, aku pergi sekarang yaaa, takut telat"  ucap ku pamit pada semua sambil membawa tas kecil yang cukup untuk buku dan pena.

Sebenarnya aku tadi ada janjian dengan seorang wartawan lewat FB, makanya malam ini aku keluar untuk menjumpai dan menceritakan masalah Bloggers ku. Janjiannya tidak terlalu jauh kok, hanya di depan gang dekat rumah kontrakan kami. Disitu ada warung tempat biasa kami nongkrong dan minum TST. Sampai di lokasi...

"duduk di sini aja lah..." cetus ku dan duduk di bangku no 07, sambil bermain handphone kembali.
"kriing...kring...kring..." suara handphone ku berbunyi...
"halo " ucap ku 
" maaf mbak ini saya wartawan yang tadi, saya sudah berada di depan warung yang mbak maksud tadi"  cetus sih wartawan..
"oh iyta pak, saya ada di meja nomor 07"  ucap ku sambil berdiri dan melihat kanan kiri.
"ok mbak...." ucap sih wartawan dan berjalan mencari meja nomor 07.
"dengan mbak Khiki Sofyan Siahaan ????"  cetus sih wartawan tersebut sambil menjabat tangan ku tanda perkenalan.
"iya pak, maaf ya nama bapak siapa ???"  tanya ku polos sambil tersenyum tersipu karena wajah sih wartawan yang begitu tampan.
"nama saya Wahyudi Sijabat, biasa di panggil Yudi. Dipesan aja mnum nya gak usah terlalu gugup"  ucap si Wartawan atau si Yudi Wartawan, sambil duduk sekaligu mengambil laptopnya dari tasnya.
"minum nya apa bang ??"  tanya waittres dengan pena dan buku kecilnya.
"hemm saya jus wortel aja  dan diberi susu putih yang banyak ya.."  ucap si Yudi Wartawan.
"kakak seperti biasa kan ???"  tanya si waittres yang sudah tau apa aja kesukaan ku.
" he..he..he.., iya bang, tau aja yaa"  cetus ku tertawa kecil
"ok lah "  jawa waittres dan kembali ke dapur .
"Gimana Khiki bisa kita mulai sekarang ???"  tanya Yudi wartawan
"bisa pak..."  ucap ku polos dan agak gemetaran.
"jadi selama ini saya sudah sering membaca puisi dan artikel kamu yang lain. Puisi kamu bagus menyentuh hati saya, dan artikelnya juga bagus. Saya disini hanya ingin mengajari kamu cara menulis seperti layasnya seorang Jurnalis"  ucap sih wartawan dan memperlihatkan hasil karya karya orang yang di perhatikannya melalui laptopnya.
"untuk menjadi seorang jurnalis itu memang cita-cita saya, tapi banyak yang tidak mendukung karya atau perjuangan saya selama ini. Terkadang saya juga merasa sedih kalo karya saya di ajak oleh mereka yang meremahkan saya "   cetus ku mulai sedih
"jangan pernah kecil hati, kamu ceritakan apa saja yang ingin kamu ceritakan. Hari ini kamu gagal, besok kamu harus berhasil"  jawabnya memberi semangat ku.
"ini kak minumnya"  sahut waittres dan meletakan minuman kami di atas meja, kami melanjutkan pengjaran

Aku masih tetap belajar dan terus berusaha, karena aku percaya setiap orang yang mau berusaha pasti dia akan medapatkan imbalan yang setimpal dengan perjuangannya selama ini. Aku berharap suatu hari nanti semua impian dan cita-cita ku akan berhasil, dan akan ku genggam erat lalu akan aku buktikan kepada dunia kalo aku bisa. Sehingga tidak ada lagi seorangpun yang meremehkan aku.

Lagi asyiknya belajar, tiba-tiba handphone ku berbunyi.
"kring....kring...kring..." handphone ku berbunyi aku bergegas mengangkat nya.
"maaf ya pak, abang saya nelfon "  ucap ku sambil berjalan ke arah pintu toilet dan mengangkat telfon dari Eben.
"halo be...."  cetus ku santai..
"dimana kau, udah 3 jam kau pergi. kami semua udah pada nunggu di billyard."  tanya Eben Mulai khawatir.
"aku di warung tst tempat biasa kita nongkrong."  jawab ku biasa aja.
"yaudah aku jemput sekarang"  cetus Eben dan mematikan telfon nya.
"kayaknya mau marah nih dia.."  ucapku dalam hati mulai merasa takut dengan emosi Eben, dan aku kembali ketempat duduk ku dan kembali berbincang kepada Yudi Wartawan.
"ada apa mbak, kok mukanya ketek banget ???"  tanya Yudi Wartawan.
"abang saya pak, biasa terlalu khawatir kalo saya keluar malam lama-lama"  ucap ku tak enak hati.
"kita lanjutkan atau kita sudahi aja pelajaran hari ini ??"  tanya si Yudi juga gak enak hati.
"kita sudahi aja ya pak..."  ucap ku polos sambil tersenyum malu.

Saat si Yudi Wartawan lagi membereskan perlengkapannya tiba-tiba......






















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Satu Vespa Berjuta Saudara

Sahabat Terbaik Ku